Kamis, 28 Januari 2010

PARADOK DEMOKRASI

Judul buku : PARADOK DEMOKRASI - Politik, Polemik dan Problematik: Demokratisasi dan Relokasi Kekuatan di Indonesia
Penulis : HARLAN SOEMARSONO MIR

Terbit: Des 2009
Cetakan : ke 1
Penerbit: INDHILL CO Jakarta
No ISBN: 978-979-8179-65-5
Jumlah halaman : xii, 124 = 136
Ukuran buku : 13 x 20 cm

Harga: Rp 30.000,-

“MASIH KOMA ...”

“Paradoks Demokrasi” karya Harlan Sumarsono lebih mirip sebagai “lembar pengingat” kejadian-kejadian yang ada di Indonesia dari pada suatu kumpulan essai. Pada saat Bangsa Indonesia mengalami suatu periode transisi dari dua zaman yang secara extrim berbeda. Bagi generasi muda, yang tidak mengalami era orde baru mungkin ini penting untuk menggambarkan keadaan sebelum reformasi dan menatap kedepan dengan martabat.

Yang menarik, essai “Perubahan di Indonesia dari perspektif Internasional” yang ia tulis 18 September 2005, sebenarnya berangkat dari pengalaman tahun 1996 ketika terjadi perdebatan di kelas tentang demokrasi di Asia “Introduction to International Relations”

Saat itu, Prof Rosita Dellios pakar hubungan internasional Australia melontarkan bahwa negara-negara Asia termasuk diantaranya China, Singapura, Malaysia dan Indonesia harus segera menerapkan demokrasi di negaranya masing-masing. Harlan Sumarsono melihat bahwa demokrasi harus menyerap nilai-nilai yang ada sesuai dengan budaya masyarakat Asia yang sudah terbentuk berabad-abad. Jika dipaksakan maka akan timbul masyarakat yang chaotic yang bukan hanya berimbas kepada negara bersangkutan tetapi pada dunia keseluruhan. Demokrasi yang sebenarnya sesuai adalah apa yang disebut dengan demokrasi dengan karakter Asia seperti yang diterapkan RRC dan Singapura serta Demokrasi Pancasila di Indonesia.

Harlan Sumarsono bukanlah seorang pelaku politik yang langsung terlibat dalam proses-proses perubahan. Ia hanya seorang rakyat biasa yang tergugah melihat banyak hal yang sebenarnya “bukan barang baru” di negeri orang tapi “baru” di Indonesia. Namun sebagai intelektual, ia mampu melihat kondisi jauh ke depan. tulisan tentang jajak pendapat yang dimuat di harian Media Indonesia” dimana saat itu jajak pendapat atau lembaga survey belum populer, namun telah mampu dibaca olehnya sebagai suatu trend, bahkan kini Pemilihan Presiden pun “mengacu” pada jajak pendapat swasta dibanding hasil hitung lembaga resmi.

Bahkan yang menarik, Dalam tulisan “DK PBB, UNAMET dan Kita”, sebenarnya Harlan telah mengingatkan bangsa ini bahwa Timor Timur akan lepas, sebelum kejadian itu “benar-benar terjadi”. Ia pun menulis tentang bangkitnya China menjadi episentrum global menggeser barat, sebelum terjadinya krisis finansial global di dunia barat di akhir dasawarsa 2000an.

Ciri khas Harlan Sumarsono adalah Pemikiran-pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pengalamannya saat belajar di Australia di tahun 1993 – 1997 yang bercorak independen dan egaliter. Hakikinya, hampir semua essainya adalah suatu proses yang “masih koma” artinya belum – atau mungkin tidak pernah – berakhir. (Edward Surjadjaja)

-------------------------------------
Buku ini dapat dibeli di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Bursa/Kopma Kampus atau hubungi kami :
INDHILLCO
Jl KH Abdullah Syafei No 51D Tebet Jakarta 12840
Telp 021 44483366 Fax 021 8290017
e-mail : indhillcobp@gmail.com
Web : http://indhillco.blogspot.com/